
Ketika tim penelitian dan pengembangan Nanyangdashifu mendalam ke lokakarya gula kelapa petani di Pulau Jawa, dialog rasa yang mencakup 600 tahun sedang berlangsung - menggabungkan teknik panggang awal imigran Fujian dengan rempah-rempah tropis Indonesia untuk menciptakan produk ledakan seperti "kue karamel batu berapi". Inti dari "terjemahan rasa" ini terletak pada transformasi lokalisasi tiga kali lipat:
1. Kembalian Tropis Teknologi Ancient
Inovasi metode panggang batu berapi: Meninggalkan cetakan logam tradisional, menggunakan lembaran batu berapi Sumatra untuk dipanggang, penembusan mineral membuat embrio kue membentuk struktur pori mikro, mengunci kelembaban kelapa sambil memberikan kulit rapuh coklat, masa tahan produk diperpanjang hingga 72 jam.
Teknik mandi air diperbaiki: metode mandi air gaya Cina pada awalnya membutuhkan panggang dengan suhu konstan, tim menggabungkan proses pembakaran tungku batu Indonesia untuk mengembangkan "sistem panggang ganda kering basah", mengurangi konsumsi energi 30% dan mempertahankan rasa padat.
2. Filosofi produk yang didorong oleh keyakinan
Untuk pasar Indonesia dengan 87% Muslim:
Sistem sertifikasi halal: produk lini penuh melalui sertifikasi halal MUI, minyak sawit menggantikan minyak babi, bengkel produksi menerapkan "manajemen saluran ganda";
Ekonomi Perayaan: Perayaan Eid meluncurkan "Kue Pagoda Emas" berbentuk kerucut untuk menghormati kebiasaan perayaan lokal, dengan kartu penjelasan kebiasaan multibahasa, dan penjualan meningkat 240% selama bulan Ramadhan.
Transformasi Konsumsi Simbol Budaya
Elemen Lokal Aplikasi Produk Nilai Sosial
Kue Dekorasi Gula Makan dengan Bentuk Badi Donasi 5% untuk Pembaikan Bengkel Non-Genetik Setiap Penjualan
Saus Gado Gado Isian asin dan manis untuk menghidupkan kembali ingatan salad tradisional
Bubuk Teh Enam Burg Injeksi Embrio Kue Bangunkan Rasa Orang Cina
Data yang dikonfirmasi: Produk lokalisasi meningkat dari 35% menjadi 78% dalam tiga tahun, dengan tingkat pembelian kembali Muslim mencapai 63%. Kue yang menggabungkan batu gunung berapi dan gula kelapa ini menjadi pembawa dialog antar peradaban – ketika elemen bangunan tanah Fujian bertemu dengan kulit kulit Jawa, ketika rasa kuno bertempur dengan aroma daun karangan, nanyangdashifu membuktikan bahwa esensi lokalisasi bisnis adalah empati budaya.