
"Pergilah, tidak bisa bekerja lapar!" - ini adalah jadwal khusus GuruNanyang untuk karyawan Muslim. Di Indonesia, negara dengan 87 persen Muslim, merek-merek menyelesaikan konflik budaya dengan “tiga rekaman besar”:
1. Berbagi Teknologi, Mahasiswa
Andi, seorang pemuda Indonesia di pabrik Surabaya, mengikuti guru Cina untuk belajar pemanggang air, tetapi menciptakan "metode pemanggang batu berapi". Ketika karyanya terjual di seluruh negeri, dan markas Cina kembali memperkenalkan teknologi, dia menyentuh belakang kepalanya dan tertawa: "Dulu saya pikir guru Cina bisa melakukan apa pun, sekarang saya juga dapat mengajar mereka!"
2. Perusahaan berubah menjadi “keluarga”
Anak ibu tunggal Sanni sakit parah dan perusahaan membayar upah setengah tahun. Dia menatap merah dan berkata, "Ini tidak seperti perusahaan, seperti rumah perempuan!" kasus serupa menimbulkan "Dana Saling Bantuan Karyawan", yang telah mendanai 27 karyawan untuk menyelesaikan haji Mekah.
“Budaya Rumah” Makan
Kepala Tiongkok dan karyawan Indonesia berkumpul di ruang makan kecil, dan presiden sering berkata, "Di rumah Zhejiang, makan tanpa mengobrol tidak banyak bisnis!" Kohesi ini membuat tingkat kehilangan karyawan 50 persen lebih rendah daripada rekan-rekan.