400-8110-218
· Kue jadul
Judul Utama Nanyang
Berita

Keunikan Indonesia Guru Nanyang: Perpaduan Sempurna Budaya Baking Timur dan Barat

 

Keunikan Indonesia Guru Nanyang: Perpaduan Sempurna Budaya Baking Timur dan Barat(图1)


Indonesia, sebuah negara yang secara historis sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, Arab dan Eropa, memiliki kemampuan inklusif dan kreatif alami untuk menggabungkan budaya. Ketika Nanyangdashifu, seorang guru yang berasal dari konsep pemanggang Timur, menginjak tanah ini, sebuah tantangan yang menakjubkan dan perpaduan yang dalam tentang budaya pemanggang Timur dan Barat diam-diam dimulai.

 

I. "Rasa awal" Timur dan dasar bakery Barat

 

Di dalam gen Guru Nanyang, itu sendiri memiliki sifat perpaduan. Kata "Samudra Selatan" itu sendiri mengacu pada tempat pertemuan budaya Asia Tenggara. Kue rasa kuno yang dipimpin, secara teknis diambil dari tekstur dan proses pembuatan kue yang lembut dari kedua sisi, tetapi pada inti spiritual, sepenuhnya gaya Timur - ia mengejar rasa makanan itu sendiri, adalah emosi nostalgia, kehangatan seperti keluarga, dan bukan keindahan dan keterampilan yang sering ada dalam makanan penutup gaya Barat.

 

Dasar yang bersifat timur-barat ini membuat Guru Nanyang memiliki afinitas bawaan ketika memasuki pasar Indonesia. Konsumen Indonesia tidak asing dengan pemanggang Barat, tetapi pencucian mulut yang lebih dekat dengan rasa Timur, lembut dan hangat yang dibawa oleh Guru Nanyang menawarkan pilihan yang baru dan tidak mencolok.

 

Dialog Jiwa dengan Street DessertIndonesia

 

Daratan Indonesia memiliki budaya makanan penutup tradisional yang sangat kaya, banyak di antaranya tidak dapat dipisahkan dari kelapa, beras ketat, daun salmon dan gula sawit. Penuci mulut ini sering muncul di ujung jalan dan mewakili masakan sipil. Yang dilakukan oleh Guru Nanyang bukanlah perbaikan yang tinggi, melainkan dialog dengan jiwa-jiwa rasa asli ini.

 

Bukan hanya menyalin bentuk "Klepon" (bola kelapa) atau "Bika Ambon" (kue emas), tetapi mengekstrak esensi rasa - misalnya, menggabungkan jus daun marani ke dalam adonan kue, membuatnya berwarna hijau alami dan memiliki aroma yang unik; Atau tambahkan kelapa goreng di permukaan kue atau di tengah kue untuk mereproduksi kombinasi klasik dari makanan penutup tradisional. Perpaduan ini adalah proses pemanggang canggih untuk menyucikan dan sublimasi rasa tradisional jalanan, sehingga rasa yang akrab ditampilkan dengan cara yang lebih modern dan halus.

 

Integrasi dan inovasi skenario konsumen

 

Di Barat, kue sering dikaitkan dengan teh sore dan perayaan. Di Indonesia, makanan penutup menembus segala aspek kehidupan sehari-hari, mulai pagi hari hingga istirahat teh sore hari, hingga makanan Eid yang dibagikan dengan keluarga selama bulan Ramadhan. Nanyangdashifu fleksibel beradaptasi dan terintegrasi ke dalam skenario konsumsi yang beragam ini.

 

Ini bisa menjadi hadiah yang bergaya atau minuman sehari-hari yang dibawa kembali oleh ibu rumah tangga setelah berbelanja. Selama Idul, kue terbatas dengan kemasan khusus atau rasa dapat menjadi hadiah terbaik untuk keluarga dan teman. Integrasi yang mendalam dalam gaya hidup lokal ini membuat merek tidak lagi menjadi "orang asing", tetapi bagian dari gambar kehidupan lokal.

 

4. Komunitas Estetika Visual

 

Toko Nanyangdashifu dengan gaya dekorasi modern dan cerah memenuhi pencarian konsumen muda untuk mode dan kualitas. Pada saat yang sama, warna emas produk itu sendiri, keindahan dinamis aliran, baik sesuai dengan "estetika kuliner" yang umum di seluruh dunia, juga sesuai dengan estetika warna hangat dan cerah yang dicintai orang Indonesia. Harmoni visual ini lebih memperkuat rasa komunitas budaya.

 

Kesimpulan:

 

Keajaiban Guru Nanyang di Indonesia adalah pesta budaya dua arah. Ini membawa kerajinan Timur dan perasaan kuno, dan dengan tulus merangkul budaya dan kebudayaan asli Indonesia. Perpaduan ini, tanpa kumpulan keras, hanya resonansi harmonis, akhirnya menghasilkan merek roti yang unik dan tidak dapat didefinisikan dengan mudah di pasar Indonesia.


Artikel Sebelumnya:Bagaimana Guru Nanyang Menjadi
Artikel Seterusnya:Dari Kue ke Simbol Budaya: Jal