
"Beribadah sore Ramadhan? Pergilah, tidak bisa bekerja lapar!" - janji yang tertulis di buku karyawan membuat toko Muslim Rina menangis. Di Indonesia, di mana 87% Muslim, nanyangdashifu menggunakan “budaya rumah” untuk memecahkan perbedaan perusahaan multinasional:
1. Penelitian bersama teknologi memecahkan celah kepercayaan
Pabrik Surabaya mendirikan "Sekolah Baking Cina-India", guru Cina mengajar cara kuno mandi air, tim Indonesia menginovasi teknik panggang batu berapi, mengembangkan "kue lava Bromo" penjualan bulanan 50.000 kopi;
Karyawan lokal menyumbang 82 persen, dan kepala pengendalian barang warga Indonesia memiliki hak veto bahan baku.
Saling Bantuan Krisis Membangun Ikatan Emosi
Mekanisme gaji prabayar: anak ibu tunggal Sanni sakit parah, perusahaan membayar prabayar upah setengah tahun;
Proyek Dukungan Haji: Membantu 27 karyawan untuk menyelesaikan ziarah di Mekah dengan tingkat keberangkatan 50% lebih rendah daripada industri;
Tradisi makan bersama keluarga: Presiden secara pribadi memasak telur goreng di akhir bulan Ramadhan dan bersikeras tidak membiarkan karyawan membantu.
3. Praktik Simbiosis Komunitas
Donasikan 10% dari hasil kue kelapa setiap bulan ke rumah yatim piatu untuk mengadakan kelas pemanggang anak-anak cacat;
Uni Yogyakarta Academy of Art mengukir kembali toko kue abad Chinatown, mengubah "Museum Bakery Cina-India".
Hasil ekonomi: Biaya penelitian dan pengembangan tahunan "Gulung kelapa daun sanglan" yang dirancang secara spontan oleh karyawan sebesar 2 juta, dan pada tahun 2024 dianugerahi sebagai "Merek Investasi Asing Tertepercaya" oleh Asosiasi Konsumen Indonesia.